NFT 

(Non-fungible Token

oleh : Samuel F, Teresa S Sheryl, Alberta Yuki P W




Baru-baru ini, NFT menjadi perbincangan di kalangan masyarakat Indonesia karena sosok Ghozali. Mahasiswa animasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro itu menjadi miliarder setelah menjual foto selfienya sebagai produk NFT (Non Fungible Token) di OpenSea. Dari akun OpenSea miliknya, terdapat 933 NFT yang semuanya merupakan foto selfie dirinya, yang dilakukan setiap hari selama lima tahun terakhir, dari 2017 hingga 2021. Dalam perbincangan dengan SerMorpheus melalui IG Live, Ghozali Everyday mengungkapkan keputusannya hanya karena ingin menawarkan sesuatu yang berbeda. Berkaitan dengan apa yang dilakukan Ghozali, dapat timbul pertanyaan di benak kita, seperti apa itu NFT? Bagaimana cara kerjanya?


NFT diartikan sebagai Non-fungible Token. Maksud dari Non-fungible adalah unik dan tidak dapat ditukarkan. Produk maupun jasa yang dinilai non-fungible dianggap memiliki nilai berbeda. NFT dalam koleksi A tidak sama dengan NFT dalam koleksi B, bahkan NFT dalam koleksi yang sama memiliki nilai yg berbeda. Berbeda dengan NFT, cryptocurrency bersifat fungible sama seperti mata uang. Walaupun keduanya merupakan aset digital, prinsip mereka berbeda. Fungible dalam konteks ini diartikan sebagai dapat ditukarkan atau dipecah, memiliki nilai yang sama.  Seratus ribu rupiah yang dimiliki anda sama nilainya dengan seratus ribu rupiah yang dimiliki teman anda. 


Dilansir dari Forbes (13/1), NFT adalah aset digital yang mewakili objek dunia nyata seperti seni, musik, item dalam game, dan video. Bahkan, sebuah tweet dapat dijual sebagai NFT dengan harga lebih dari USD 2,9 juta. Itu adalah tweet pertama pendiri Twitter Jack Dorsey yang ia buat pada 2006 silam. Lantas, mengapa NFT itu dinilai mahal? Karena keunikan, kelangkaan dan psikolog manusia menilai karya. Harga juga didasari pada kesediaan orang membayar aset tersebut. Jika terdapat permintaan tinggi, harga naik dan sebaliknya.


Walaupun NFT dapat “diambil” dengan mudah seperti dengan cara copy paste atau screenshoot, namun kepemilikan seseorang untuk NFT ini tidak perlu dikhawatirkan. Sama seperti lukisan, dengan menggunakan teknik tertentu bisa saja sebuah lukisan diimitasi, namun yang betul-betul hasil karya dari pelukis hanya ada satu di dunia ini. 


Perlu diingat bahwa NFT adalah kepanjangan dari Non-fungible Token. Token adalah sertifikat digital yang diamankan oleh sebuah sistem yang dinamakan Blockchain. Dikutip dari Forbes, NFT ada di blockchain, yang merupakan buku besar publik terdistribusi yang mencatat transaksi. Lantas, yang mengawasi kepemilikan NFT adalah sistem Blockchain. Berbeda dengan server perbankan pada umumnya, sistem Blockchain tidak terpusat. Sistem ini terdiri dari banyak komputer yang bekerja sama untuk mencatat dan mengawasi secara detail transaksi-transaksi yang ada. 


Konsep NFT masih dapat dikatakan baru dan mungkin dapat menimbulkan kebingungan, namun banyak keuntungan yang diciptakan dengan adanya NFT.  Para pembuat konten atau pelukis tidak lagi bergantung pada galeri atau balai lelang untuk menjual karyanya. Tak hanya itu, mereka dapat menghasilkan lebih banyak lagi. Pada pasar NFT, seniman dapat memprogram dalam royalti sehingga mereka akan menerima persentase penjualan setiap kali karya seni mereka dijual ke pemilik baru. Pada galeri atau balai lelang, konsep ini tidak diterapkan. Seniman hanya akan mendapatkan penghasilan dari penjualan pertama karyanya. Datangnya konsep ini tentu akan memberikan keuntungan yang tidak sedikit untuk para seniman. Namun, perlu diwaspadai bahwa jika anda ingin memulai menjual NFT, produk yang anda sudah pasang di pasar NFT tidak dapat dihapus begitu saja. Sehingga, janganlah kita memasang data-data pribadi kita di pasar NFT.


 Penerapan Teknologi NFT ini juga sangat didorong pesat oleh beberapa tokoh publik yang menyokong teknologi tersebut, salah satunya ialah Mark Zuckerberg. Beliau telah menggagas ide Metaverse, dimana teknologi tersebut akan ditopang oleh prinsip blockchain yang menyertakan NFT di dalam dunianya. Mark Zuckerberg berencana untuk mengubah media sosial menjadi pengalaman metaverse bagi pengguna. Saking berambisinya, ia mengubah nama perusahaan Facebook menjadi Meta.


Meskipun teknologi NFT memiliki masa depan yang menjanjikan, hal itu tidak terlepas dari tantangan. Sebagian besar NFT saat ini dibangun di atas blockchain Ethereum, yang mana celah ini menyusut karena pesaing seperti Solana yang jauh lebih cepat mendapatkan popularitas. Blockchain Ethereum itu sendiri memiliki masalah dalam skalabilitas, biaya, dan kecepatan. Oleh karena itu, untuk mencapai adopsi massal, teknologi ini kemungkinan besar harus tumbuh dan berkembang secara bertahap seperti tulang punggung internet pada 1990-an. 


Perlu diketahui bahwasannya, kemunculan tren NFT ini merupakan suatu langkah baru dalam kemajuan teknologi. Hal ini dapat menjadi sebuah peluang dan juga ancaman bagi kita. Seperti pada kasus Ghozali, beliau dapat memanfaatkan teknologi NFT itu untuk dapat meraup keuntungan yang besar. Untuk itu, perlulah kita mendalami dan mempelajari hal tersebut sehingga kita dapat menerima teknologi ini dengan bijaksana. 



Daftar Pustaka :


  1. https://www.merdeka.com/jatim/kesuksesannya-karena-nft-tak-tiba-tiba-ghozali-everyday-bocorkan-cerita-di-baliknya.html 

  2. https://www.cnbcindonesia.com/tech/20220117115005-37-307907/apa-itu-nft-hal-yang-bikin-ghozali-tajir-melintir-bak-sultan

  3. https://youtu.be/vPRaCFAis0I

  4. https://m-republika-co-id.cdn.ampproject.org/v/s/m.republika.co.id/amp/r5o9hc368?amp_gsa=1&amp_js_v=a8&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D%3D#amp_tf=From%20%251%24s&aoh=16437287223746&csi=1&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.republika.co.id%2Fberita%2Fr5o9hc368%2Fawal-mula-tren-nft-dan-metaverse-bangun-dunia-blockchain 


Comments